Wednesday, July 9, 2014

Terimakasih Presidenku, SBY.

“perjalananmu panjang, anakku.. dan tak miskin rintangan serta godaan. Namun layar telah kau kembangkan.. jangan surut dan tertinggal di buritan”

sebait puisi ‘Mahligai Kasih’ karangan presiden kita Bapak Susilo Bambang Yudhoyono :)

Susilo Bambang Yudhoyono, presiden pertama yang diamanahi langsung oleh rakyat sebagai pemimpin negeri ini, Indonesia, selama 2 periode, yang berarti 10 tahun sudah Beliau menjabat, diiringi pujian, kecaman, juga makian.

kita akan selalu punya alasan untuk memaki, mencemooh Beliau, tetapi pikirkanlah lagi bahwa kita juga punya banyak alasan untuk berterimakasih kepada Beliau.

Setiap manusia pastilah pernah melakukan kesalahan, semakin digali akan semakin banyak yang kita temukan. Apalagi Beliau seorang pemimpin, pemimpin lebih dari 200 juta jiwa.

Ketika seseorang dengan kesadaran diri mencalonkan sebagai presiden, ia pasti telah memiliki pandangan ‘mau di-apa-kan negeri ini?’ ‘mau dibawa kemana?’ (jadi, ternyata bukan hanya hubungan kita yang perlu dipertanyakan, tapi juga negara kita. Merdeka! *hlah? :l abaikan!).
Namun, bukankah kita juga paham bahwa seringkali teori itu lebih mudah daripada praktik. Setiap kebijakan yang dibuat pasti memiliki kekurangan dan kelebihan, tidak ada yang sempurna, terlebih jika dikaitkan dengan kemauan dan pemikiran 200 juta orang. (Heyy,, bukankah masing-masing dari diri kita ini adalah pemimpin? Setidaknya pemimpin bagi diri kita sendiri. Sebagai pemimpin diri sendiri saja kita masih sering ‘galau’, bayangkan jika harus memimpin 200 juta?)

Cobalah sedikit saja kita menyempatkan waktu untuk memahami pemimpin kita; tentu saja bukan dengan berkenalan lantas bertanya ‘piye kabare?’, percayalah: sulit!; tapi cobalah kita memandang suatu kebijakan bukan hanya dari sudut kita dan tetangga sebelah saja, tapi juga pandanglah dari sudut tetangga yang jauh diseberang sana, dan sudut negara ini sebagai individu dikancah dunia *weiitts, berat! :l tapi seperti itulah, entah bagaiman saya harus menjelaskan.

Ingat dulu masa SMA saya pernah membaca buku “HARUS BISA!” karya Bapak Dino Patti Djalal yang ketika itu menjabat sebagai Juru Bicara Presiden, Bapak SBY. Dalam buku itu dikatakan betapa sang penulis mengagumi pemimpin kita, dihujat oleh rakyat tanpa mereka tahu pun peduli apa saja yang telah dan tengah dikorbankan dan diperjuangkan oleh pemimpin yang mereka hujat. Bagaimana usaha beliau dalam mengatasi tsunami Aceh, pulang-pergi dari satu pulau ke pulau lain dalam sehari dikarenakan bencana, perhatian beliau terhadap kasus penculikan anak,  sikap-sikap Beliau dalam mengambil keputusan, perjuangan Beliau dalam konferensi-konferensi internasional, siap siaga tanpa memperdulikan fisiknya yang lelah demi bangsa ini. *Saya ingat, dulu sampai meneteskan air mata ketika membaca dan membayangkannya. Recomended buat dibaca!*
 
Saya memang memiliki kesulitan dalam hal menjelaskan, tapi inti dari semuanya, marilah kita menjadi rakyat yang bukan hanya menilai tapi juga mempelajari, memahami, berkontribusi. Hingga akhirnya kita juga bisa melihat lembar putih dibalik titik-titik hitam cemoohan pemimpin kita.

Terimakasih teruntuk yang saya hormati dan banggakan, Bapak Susilo Bambang Yudhoyono, atas jerih payah, pengorbanan waktu, pikiran, dan tenaganya, untuk kami, Bangsa Indonesia. :)


♪♪ Aku anak Indonesia
Aku punya cita-cita
Ku kan terus belajar
Agar jadi anak pintar

Negeriku besar
Tanah airku indah
Aku sungguh bangga
Jadi anak Indonesia..

Aku
Anak-anak Indonesia
Semua punya cita-cita
Kelak aku ingin berguna
Untuk nusa bangsa..

Tunggulah wahai negeriku
Baktiku padamu..


Lagu Nasional : “Bangga Jadi Anak Indonesia”
Karya : Susilo Bambang Yudhoyono


Sekian.. :)

Wednesday, July 2, 2014

Endless Love

On my way home... suddenly, i thought about something special : Endless Love.

Mungkin ini efek dari ngebaca artikel kasus penculikan 1998. Salah seorang ibu korban penculikan berkata “separuh usiaku untuk membesarkan anakku. Separuh jiwaku terus sepi menunggu dia kembali...”
*heyy, when i read this, there was water on my eyes.. :’)
[plis yaa..tulisan saya ini ga ada hubungannya sama pemilu sekarang]

Awalnya kukira endless love itu hanyalah bualan dikalangan anak muda masa kini. Terlalu cetek. Tetapi setelah membaca kalimat ibu tersebut membuatku berpikir ulang, Endless Love itu ada : cinta orang tua kepada anaknya.. bahkan ketika sang anak telah beranjak dewasa dan menua, perasaan mereka tetaplah sama; meskipun seolah tidak terlihat, tetapi cinta kasih dan kesediaan berkorban mereka untuk anaknya tetap lah terjaga.

Ibuku selalu berkata kepada anak-anaknya, “belajarlah dengan sungguh-sungguh, selama bapak dan ibuk masih mampu mengusahakan yang terbaik. Semua bukan demi bapak maupun ibuk, semua demi masadepan kalian; jika kalian sukses kelak, nikmatilah, bapak ibuk tidak akan minta"
Sejujurnya aku benci setiap kali ibuku mengatakannya.. membuatku merasa tidak berguna samasekali sebagai anak. Tapi memang, sebesar apapun usaha anak untuk membahagiakan orang tuanya tidak akan pernah bisa membandingi apa yang telah mereka berikan.

Sadar maupun tidak, tidak ada di dunia ini manusia yang mencintai kita sebesar dan setulus mereka. Lantas apa balasan kita untuk mereka?. Mereka tidak pernah meminta balasan atas cinta mereka. Samasekali tidak. Tetapi, setidaknya kita tahu diri, setidaknya kita tidak menyakiti, setidaknya kita selalu berusaha membuat mereka senang ketika melihat kita, perlakuan kita, tuturkata kita, prestasi kita.

Terkadang mengherankan melihat dua insan yang saudara pun bukan, akan tetapi dengan mudahnya mengatakan cinta pada satu sama lain, dengan entengnya mengatakan maaf ketika khilaf, tetapi sulit mengatakan yang serupa kepada orang tua.

Cinta yang meluap untuk mereka, namun sulit untuk dituangkan dalam kata-kata.

Semoga Tuhan senantiasa memenuhi hati mereka dengan rasa syukur, dan menetapkan kebahagiaan di dalam hati mereka. Amiin, :’)


♪ kasih ibu kepada beta tak terhingga sepanjang masa...
hanya memberi, tak harap kembali...
bagai sang surya menyinari dunia...


Sekian,
Kediri, 02 Juli 2014

Karena Kita Selalu Ada

“Dulu, kini, dan nanti... teman tetaplah teman, tidak akan ada ‘mantan teman’”

Mungkin kisah kita akan sepertihalnya bunga yang bersemi untuk kemudian merekah indah dan pada akhirnya harus layu dan melebur. Tidak terlihat indah lagi memang, tapi tau kah bahwa kenangannya ketika bersemi dan tumbuh merekah tidak akan begitu saja ikut melebur, kenangan itu akan terus hidup dan bersemi di dalam hati, bahkan terkadang membuat kita seperti seorang idiot, tersenyum geli seorang diri ketika mengingatnya.

Bermula dari pertemuan yang mungkin biasa saja, yang bersemai menjadi persahabatan yang memunculkan nama-nama baru; si gundul, si tong, si gendut, cethul, o’on, kingkong, dll; haha.. mungkin tidak semua orang yang mendengarnya bisa menerimanya dengan baik, tapi itulah ‘sebutan kesayangan’, ya, kesayangan, karena pada setiap sebutan itu pastilah ada secuil perasaan yang disadari maupun tidak adalah kasih sayang yang tumbuh dalam bingkai kebersamaan. Bahkan bullying pun merupakan bentuk lain dari sebuah rasa sayang di dalam sebuah persahabatan. :)

Namun, kehidupan akan terus berlanjut. Setiap manusia terus berkembang, berubah seiring perubahan waktu. Pun kita, yang akan berubah dan lambat laun harus terpisah mengikuti tangga kehidupan masing-masing. Pertemuan kita boleh jadi selesai, tetapi tidak akan pernah ada kata selesai untuk sebuah persahabatan. Karena kamu, karena kalian, karena kita, akan selalu ada, tersimpan rapi dalam sebuah kotak kenangan.

Kenangan kita mungkin tidak seperti gula yang setiap butirnya manis. Mungkin seperti cookies, ada bagian manis dan  pahit pada setiap kepingnya. Tidak sempurna memang, but, that  imperfection will makes our memories felt so perfect. :)

Terimakasih untuk setiap ukiran kenangan yang telah dan masih akan kita buat.. :) 

kamu sangat berarti istimewa di hati, selamanya rasa ini...
jika tua nanti kita tlah hidup masing-masing, ingat lah hari ini...






you will always be in my life, even if i’m not in your life, cause you’re in my memories.. :)


Kediri, 26 Juni 2014

Sajak untuk Ibuku

Ibu,
lihatlah anakmu ini yang tinggal hitungan hari terbilang 20..

ibu,
sungguh sebagian dari kehidupan telah aku tapaki,
berjuta perasaan telah aku alami,
manis yg membuatku tinggi, sampai pahit yg mengiris hati..

ibu,
ini aku, tengah berdiri dengan peluh,
menahan keluh kehidupan,
rapuh..

Ibu,
Mereka bilang ini melelahkan,
Mereka bilang ini membencikan,
tapi sungguh ibu,
kekuatan kasihmu tak pernah mengajariku kata lelah,
kelembutan hatimu tak pernah mengajariku kebencian,

Ibu,
sungguh irama jantungmu selalu mengajarkanku kasih sayang,
memberikan pemahaman tentang perbedaan,

Sungguh ibu,
senyum tulusmu selalu mengajarkanku penerimaan,
maaf dalam setiap kesakitan,

ibu,
ini aku, masih berdiri dengan peluh,
menahan keluh kehidupan,

sungguh ibu,
mohonkan pada Tuhan hati yang lurus selalu,
untukku, anakmu..



Malang, 040514

"Cinta Harus Memiliki" :)

Selamat pagii~
pagi ini saya mau bahas soal cinta (lagi) nih.. *padahal masih pagi, tapi gapapa laahh.. biar paginya jadi angetan.. hahah
yuk merapat, ;)
NB: ini hanya dari sudut pandang penulis loh.. jadi bukan ilmu eksak :D


Terinspirasi dari kalimat adek kos semalem, “cinta tak harus memiliki” ..

Mungkin kalian juga pernah mendengar kalimat semacam itu, entah dari orang yang tidak pernah berani menyatakan perasaannya dan hanya mampu mengagumi dalam diamnya, atau mungkin sudah pernah menyatakan, tapi tidak diterima.. *tetep semangat yaa! ;)  hehe

Bagiku “cinta itu harus memiliki”, setidaknya memilikinya dalam hati  kita..
memiliki dalam hati, justru itu lah yang lebih penting, tetapi malah sering terlupakan..
ketika kita jatuh cinta, mungkin seringkali kita menginginkan seseorang yang kita cintai berada di dekat kita, selalu ada untuk kita, yang tanpa sadar keinginan  seperti itu bisa menjerumuskan kita pada sesuatu yang mendosakan.. akan tetapi ketika kita jatuh cinta dan ada rasa memiliki di dalam hati, rasa memiliki itu yang akan menjaga kita juga orang yang kita cintai.. seperti halnya ketika kita memiliki suatu benda kesayangan  yang berharga, pastilah kita akan berusaha dengan sungguh menjaganya, merawatnya, khawatir rusak, khawatir kotor.. pun ketika kita merasa memiliki sesorang dalam hati kita, pastilah kita akan berusaha menjaganya dari keinginan diri kita yang bisa merusaknya;  merusak dirinya, kehormatannya, atau mungkin keimanannya..

Emm,, sekarang kita coba telaah ulang cinta kita kepada Tuhan.. apakah Dzat Tuhan yang tidak kasat mata sehingga membuat-Nya seolah tidak nyata selalu berada di dekat kita lantas membuat kita merasa tidak apa jika tidak memiliki-Nya? Cintailah Tuhanmu, milikilah Tuhan di dalam hatimu.. dengan begitu kita akan selalu menjaga diri kita dan menjaga agama-Nya dengan senantiasa melaksanakan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, memperjuangkan agama-Nya, dan pada akhirnya akan ada balasan surga yang indah nantinya, :)

Pun ketika kita telah berhasil menjaga diri dan orang yang kita cintai, pastilah kita akan menemui akhir yang indah... mungkin bukan yang kita inginkan, tapi yang benar-benar kita butuhkan.. akhir yang indah sesuai garis Tuhan, atas ridho-Nya.. mana ada yang lebih penting dan berharga daripada ridho-Nya? :)

jadiii..  jangan mengartikan ‘memiliki’ hanya dalam artian sempit..  memiliki yang berarti orang yang kita cinta secara lahiriah selalu di samping kita, bersama kita, dan lain sebagainya misalnya..

Tulisan ini bukan bermaksud menggurui.. bukan, sama sekali bukan..
ini hanyalah serakan-serakan kalimat yang ada di pikiran si penulis.. bahkan si penulis pun masih sering khilaf dalam mempraktikkannya, :’D


Semoga Tuhan senantiasa menjaga kita, dan merangkaikan jalan yang indah pada setiap langkah.. :)


SEKIAN ^^
Malang, 20 April 2014